Air Mencapai 7 Meter Bagaikan Tsunami dan Menyapu Habis Desa Sekumur Aceh Tamiang

0

Situasi di Kampung Sekumur yang berada di Kecamatan Sekerak, Kabupaten Aceh Tamiang. Foto : Kiriman Warga

THE ATJEHNESE – Banjir bandang yang menggulung Aceh Tamiang pada awal Desember 2025 meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat Aceh. Deru air bah yang datang bersama longsoran tanah dari wilayah hulu menjadikan Tanah Serambi Mekkah porak-poranda dalam hitungan menit. Di antara daerah yang mengalami kehancuran terparah, Kampung Sekumur di Kecamatan Sekerak kini hanya tinggal nama; desa dengan ratusan kepala keluarga itu hilang rata dengan tanah, seakan diseret keluar dari peta.

Informasi yang dihimpun TheAtjehnese.com, Kamis (4/12/2025), dari seorang warga setempat bernama Malik, menggambarkan situasi memilukan. Kampung Sekumur sebelumnya dihuni 280 Kepala Keluarga atau 1.234 jiwa, namun kini wilayah itu telah tenggelam oleh lumpur dan serpihan bangunan yang tak lagi dapat dikenali. “Tidak ada satu rumah pun yang tersisa. Semuanya hanyut,” ujarnya lirih.

Air Bah Setinggi 10 Meter Menyapu Desa Tanpa Ampun

Menurut Malik, gelombang banjir datang dengan tinggi mencapai 7 hingga 10 meter, membawa arus deras yang menghempas setiap sudut pemukiman dalam sekejap. Warga bahkan tidak memiliki kesempatan untuk menyelamatkan harta benda. Banyak yang hanya sempat membawa pakaian di badan. Lebih menyedihkan lagi, para pengungsi kini mulai menghadapi persoalan baru: kurangnya logistik, sanitasi buruk, dan mulai menyebarnya penyakit di tempat pengungsian.

“Warga sudah kehilangan rumah, bahan makanan pun tidak ada. Mereka hanya menunggu uluran tangan yang datangnya tidak menentu,” kata Malik.

Relawan dan NGO Bergerak Cepat—Pemerintah Pusat Masih Absen

Sejauh pantauan di lapangan, bantuan yang masuk sebagian besar datang dari relawan, komunitas lokal, serta NGO kemanusiaan. Mereka bekerja siang dan malam menembus akses yang terputus untuk mengirimkan makanan, obat-obatan, pakaian, hingga perlengkapan bayi.

Namun hingga berita ini diturunkan, belum terlihat langkah konkret dari Pemerintah Pusat dalam menangani krisis kemanusiaan ini. Akses logistik yang terhambat dan minimnya koordinasi memperpanjang penderitaan mereka yang selamat dari bencana tetapi kini terjebak dalam kekurangan.

Hal ini menimbulkan kekecewaan di tengah warga. “Negara seharusnya hadir saat rakyat sedang di ambang bahaya. Tetapi sampai sekarang, kami hanya melihat relawan dan NGO yang bahu-membahu,” ujar salah satu tokoh warga.

Dampak Lebih Parah dari Tsunami 2004 di Wilayah Ini

Meski tidak menelan korban sebanyak tsunami Aceh 2004, tingkat kerusakan fisik di beberapa titik Aceh Tamiang justru disebut lebih parah. Seluruh desa hilang, rumah tersapu bersih, dan struktur tanah berubah total.

Kerusakan semacam ini bukan hanya membutuhkan bantuan darurat, tetapi pemulihan jangka panjang, termasuk pembangunan kembali rumah warga, fasilitas umum, sekolah, dan jembatan penghubung.

Puluhan Korban Jiwa dan Ratusan Ribu Warga Terdampak

Hingga Kamis (4/12/2025), laporan resmi Pemkab Aceh Tamiang menyebutkan:

  • 42 orang meninggal dunia
  • 310.480 warga terdampak di 12 kecamatan
  • 53.835 kepala keluarga atau 215.652 jiwa mengungsi

Angka ini diyakini masih bisa bertambah mengingat banyak lokasi belum sepenuhnya dapat dijangkau.

Harapan Warga: Rumah Baru dan Perhatian Nyata, Bukan Janji

Masyarakat Aceh Tamiang berharap pemerintah tidak hanya mengirim bantuan sesaat, tetapi juga mengambil langkah serius pascabencana, termasuk:

  • program pembangunan rumah bantuan,
  • pemulihan sarana publik,
  • dukungan kesehatan jangka panjang,
  • dan jaminan perlindungan untuk para penyintas.

“Kerusakannya bukan kecil, ini butuh program rehabilitasi besar. Kalau tidak ditangani serius, masa depan kampung-kampung kami hilang selamanya,” ujar Malik.

Di tengah luka dan kehilangan yang begitu dalam, warga hanya bisa berharap agar musibah yang melanda bumi Aceh ini segera Allah angkat, digantikan dengan masa kejayaan dan kedaulatan Aceh sebagaimana dahulu kala—sebuah tanah yang kuat, mandiri, dan diberkahi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *